Selasa, 18 Oktober 2011

Dasar - Dasar Kurikulum

PENGEMBANGAN KONSEP KURIKULUM SEKOLAH
STRATEGI PEMBELAJARAN KURIKULUM

Mata Kuliah:
Dasar dan Pengembangan Kurikulum


Oleh :
Aswin Yusuf (0813051010)


 







Pendidikan Jasmani,Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
2009
KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “PENGEMBANGAN KONSEP KURIKULUM SEKOLAH dan STRATEGI PEMBELAJARAN KURIKULUM”
           
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kami kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini. Kami menyadari bahwa kami adalah manusia yang banyak berbuat salah. Oleh karena itu, kami memohon maaf sebesar-besarnya jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini.

Penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, Semoga makalah ini dapat memberi manfaat di masa sekarang dan masa yang akan datang.


Bandar Lampung,   November  2009

                                                                            Penulis



BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Rancangan atau kurikulum  formal dan tertulis merupakan cirri utama pendidikan di sekolah. Dengan kata lain kurikulum merupakan syarat pendidikan di sekolah, berarti kurikulum merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan.

1.2       Tujuan
Adapun penyusunan makalah ini bertujuan untuk:
-          Memberi informasi kepada peserta didik tentang pengembangan kurikulum sekolah
-          Menunjukkan kepada pembaca tentang pentingnya  suatu kurikulum.
-          Memaparkan hubungan antara kurikulum pendidikan dan peran guru dalam mengatur strategi pembelajaran kurikulum

1.3       Rumusan Masalah
Hal yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain adalah
Ø  Definisi kurikulum?
Ø  Bagaimana pengembangan konsep kurikulum sekolah?
Ø  Hubungan antara kurikulum dengan manajemen pendidikan?
Ø  Pengertian strategi pembelajaran?
Ø  Jenis-jenis strategi pembelajaran?
Ø  Pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran?
Ø  Peran guru dalam pembelajaran?










BAB II
PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN KONSEP KURIKULUM SEKOLAH
A. Definisi Kurikulum
Dalam Undang-Undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 butir 9 disebutkan bahwa Kurikulum adalah: (1) seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan (2) bahan pelajaran, serta (3) cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar.
Butir (1) yang berbunyi “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi”, pada Kurikulum 1994 diujudkan dalam Buku Landasan, Program, dan Pengembangan Kurikulum. Butir (2) yang berbunyi “bahan pelajaran”, pada Kurikulum 1994 diujudkan dalam Buku Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Sedangkan butir (3) yang berbunyi “cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar”, pada Kurikulum 1994 diujudkan dalam Buku-buku Pedoman Pelaksanaan Kurikulum.
Kemudian dipertegas lagi pada pasal 37 bahwa kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagi pedoman penyelanggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006 : 4). Dengan memandang pendidikan sebagai sebuah system, maka kurikulum merupakan salah satu instrumental input yang diperlukan untuk menggerakkan proses pendidikan. Dengan demikian , apabila esensi suatu kurikulum sebagai instrumental input mengandung unsur kualitas maka kurikulum tersebut akan berkontribusi terhadap pencapaian kualitas output proses pendidikan.
Menurut wikipedia, kurikulum  adalah skop dan isi kandungan sesuatu mata pelajaran di institusi pendidikan seperti sekolah dan universitas. Lazimnya ia ditentukan oleh Menteri Pendidikan Negara masing-masing, tetapi guru juga memainkan peranan dalam menentukan kurikulum mata pelajaran yang diajarnya.
Menurut pendapat saya, kurikulum adalah seperangkat pedoman pengajaran yang harus disampaikan oleh guru kepada murid pada suatu jenjang tertentu, yang biasanya telah ditentukan oleh Negara.

B. Perkembangan Konsep Kurikulum Sekolah
Konsep kurikulum berkembang sesuai perkembangan teori dan praktek pendidikan, juga bervariasi menurut aliran yang dianutnya. Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata-mata pelajaran yang harus disampaikan guru dan dipelajari oleh siswa. Anggapan ini sudah ada sejak jaman Yunani Kuno. Ada 3 konsep kurikulum yaitu kurikulum sebagai suatu substansi, kurikulum sebagai system, dan kurikulum sebagai suatu bidang studi. Untuk selanjutnya konsep kurikulum mengalami perkembangan sebagai berikut:
  1. Caswel dan Campbell (1935), kurikulum adalah menyusun daftar pengalaman belajar anak, dibawah bimbingan guru.
  2. Ronald C. Doll (1974), kurikulum adalah isi pembelajaran, daftar pelajaran, dan semua pengalaman siswa yang diperoleh di sekolah. Hal ini  menekankan tidak hanya perubahan isi kurikulum, tapi juga perubahan ruang lingkup mejadi luas. 
  3. Mauritz Jhonson (1967), kurikulum is a structured series of intended learning outcomes,
  4. Mac Donald (1965), kurikulum adalah suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses belajar mengajar.
  5. Beauchamps (1968), kurikulum harus berisi banyak rincian tetapi intinya adalah rencana pembelajaran untuk siswa selama di sekolah.
  6. Hilda Taba (1962), kurikulum itu berbeda dari pengajaran, yaitu pada keluasan cakupannya.
  7. Robert S. Zais (1967), kurukulum mencakup konsep, penentuan, pengembangan, desain, implementasi, dan evaluasi kurikulum.

C. Hubungan antara kurikulum dan manajemen pendidikan
Kurikulum merupakan unsure dari manajemen pendidikan. Dimana kegiatan menyusun dan mengembangkan kurikulum itu tidak lepas dari prinsip-prinsip manajemen pendidikan. Manajemen pendidikan menyediakan landasan bagi pengembangan kurikulum. Landasan tersebut antara lain:
  1. Landasan Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.
  1. Landasan Psikologis
Terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
  1. Landasan Sosial-Budaya
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
  1. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.
STRATEGI PEMBELAJARAN KURIKULUM  
A.     Strategi Pembelajaran                              
  1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Setiap orang mempunyai cara yang berbeda dalam melaksanakan suatu kegiatan. Biasanya cara tersebut telah direncanakan sebelum pelaksanaan kegiatan. Bila belum mencapai hasil yang optimal, dia berusaha mencari cara lain yang dapat mencapai tujuannya. Proses tersebut menunjukkan bahwa orang selalu berusaha mencari cara terbaik untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.
Setiap orang yang menerapkan cara tertentu dalam suatu kegiatan menunjukkan bahwa orang tersebut telah melakukan strategi. Dan strategi tersebut dipakai sesuai dengan kondisi waktu dan tempat saat dilaksanakannya kegiatan.
Strategi pembelajaran terdiri atas dua kata, yaitu strategi dan pembelajaran. Istilah strategi (strategy) berasal dari kata benda dan kata kerja dalam bahasa Yunani, sebagai kata benda, strategos, merupakan gabungan kata “stratos” (militer) dan “ago” (memimpin), sebagai kata kerja, stratego, berarti merencanakan (to plan).
[1] Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi berarti rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
[2] Sedangkan secara umum strategi mengandung pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
[3] Sedangkan penulis memahami kata strategi sebagai suatu cara yang dianggap mampu untuk mencapai suatu tujuan yang telah terprogram secara sistematis.Sedangkan pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, di mana mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa. Konsep pembelajaran menurut Corey adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.
[4] Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan penyediaan sumber belajar.
[5] Jadi, menurut penulis, pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh pendidik (guru) untuk membantu peserta didik (siswa) aktif dalam kegiatan belajar yang telah dirancang oleh guru.Strategi yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar disebut strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran menurut Slameto ialah suatu rencana tentang pendayagunaan dan sarana yang ada untuk meningkatkan efektifitas dan efisien pengajaran.
[6] Menurut Nana Sudjana, strategi pembelajaran adalah tindakan guru melaksanakan variabel pengajaran (yaitu tujuan, materi, metode, dan alat serta evaluasi) agar dapat memengaruhi siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dari berbagai pendapat mengenai strategi pembelajaran di atas, penulis simpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu rencana yang dilaksanakan pendidik (guru) untuk mengoptimalkan potensi peserta didik agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mencapai hasil yang diharapkan.
Strategi pembelajaran mencakup tujuan kegiatan pembelajaran, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan dan sarana penunjang kegiatan. Tujuan strategi pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektifitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran adalah pendidik serta peserta didik yang berinteraksi edukatif antara satu dengan yang lainnya. Isi kegiatan adalah materi belajar yang bersumber dari kurikulum suatu program pendidikan. Proses kegiatan adalah langkah-langkah atau tahapan yang dilalui pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran. Sumber pendukung kegiatan pembelajaran mencakup fasilitas dan alat-alat bantu pembelajaran.
Sekarang bagaimana upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, ini yang dinamakan dengan metode. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya, untuk melaksanakan strategi ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia termasuk media pembelajaran. Oleh karenanya, strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.
Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Misalnya, ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.
Selain strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran, terdapat juga istilah lain yang kadang-kadang sulit dibedakan, yaitu teknik dan taktik mengajar. Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara yang bagaimana yang harus dilakukan agar metode ceramah yang dilakukan berjalan efektif dan efisien ? Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya memerhatikan kondisi dan situasi. Misalnya, berceramah pada siang hari dengan jumlah siswa yang banyak tentu saja akan berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi hari dengan jumlah siswa yang terbatas.
Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Dengan demikian, taktik sifatnya lebih individual. Misalnya, walaupun dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti mereka akan melakukannya secara berbeda, misalnya dalam taktik menggunakan gaya bahasa agar materi yang dsampaikan mudah dipahami.
Dari penjelasan di atas, maka dapat ditentukan bahwa suatu strategi pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan; sedangakan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran, guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain.

  1. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan. Menurut Rowntree (1974) sebagaimana yang dikutip oleh Wina Sanjaya mengelompokkan ke dalam strategi penyampaian-penemuan atau exposition-discovery learning, dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran individual atau groups-individual learning.
Dalam strategi exposition, bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Sebagaimana yang dikutip oleh Wina, Roy Killen menyebutnya dengan strategi pembelajaran langsung (direct instruction). Mengapa dikatakan strategi pembelajaran langsung? Sebab dalam strategi ini, materi pelajaran disajikan begitu saja kepada siswa; siswa tidak dituntut untuk mengolahnya. Kewajiban siswa adalah menguasainya secara penuh. Dengan demikian, dalam strategi ekspositori guru berfungsi sebagai penyampai informasi. Berbeda dengan strategi discovery. Dalam strategi ini bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas, sehingga tugas guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Karena sifatnya yang demikian strategi ini sering juga dinamakan strategi pembelajaran tidak langsung.
Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan, dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri. Contoh dari strategi pembelajaran ini adalah belajar melalui modul, atau belajar bahasa melalui kaset audio.
Berbeda dengan strategi pembelajaran individual, belajar kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang guru atau beberapa orang guru. Bentuk belajar kelompok itu bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau pembelajaran klasikal; atau bisa juga siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil semacam buzz group. Strategi kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar individual. Setiap individu dianggap sama. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan biasa-biasa saja; sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan kurang akan merasa tergusur oleh siswa yang mempunyai kemampuan tinggi.
Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran juga dapat dibedakan antara strategi pembelajaran deduktif dan strategi pembelajaran induktif.
Strategi pembelajaran deduktif adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari kesimpulan dan ilustrasi-ilustrasi; atau bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang abstrak, kemudian secara perlahan-lahan menuju hal yang konkrit. Strategi ini disebut juga strategi pembelajaran dari umum ke khusus.
Sebaliknya, dengan strategi induktif, pada strategi ini bahan yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang konkrit atu contoh-contoh yang kemudian secara perlahan siswa dihadapkan pada materi yang kompleks dan sukar. Strategi ini kerap dinamakan strategi pembelajaran dari khusus ke umum.

  1. Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran
Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien. Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya.
Sebelum menentukan strategi pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan:
a.       Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
1)      Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, atau psikomotor ?
2)      Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau tingkat rendah ?
3)      Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis ?
b.      Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
1)      Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu ?
2)      Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak ?
3)      Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu ?

c.       Pertimbangan dari sudut siswa:
1)      Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa ?
2)      Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa ?
3)      Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar siswa ?
d.      Pertimbangan-pertimbangan lainnya:
1)      Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu strategi saja ?
2)      Apakah strategi yang kita tetapkan dianggap satu-satunya strategi yang dapat digunakan ?
3)      Apakah strategi itu memiliki nilai efektivitas dan efisiensi ?
Dari berbagai pertanyaan di atas, merupakan bahan pertimbangan dalam menetapkan strategi yang ingin diterapkan. Misalkan untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan aspek kognitif, akan memiliki strategi yang berbeda dengan upaya untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan aspek afektif atau aspek psikomotor, dll. 

  1. Posisi dan Peran Guru dalam Pembelajaran
Posisi dan peran guru dalam proses pembelajaran, dimana guru harus menempatkan diri sebagai:
a.       Pemimpin belajar, dalam arti guru sebagai perencana, pengorganisasi, pelaksana dan pengontrol kegiatan belajar peserta didik.
b.      Fasilitator belajar, dalam arti guru sebagai pemberi kemudahan kepada peserta didik dalam melakukan kegiatan belajarnya melalui upaya dalam berbagai bentuk.
c.       Moderator belajar, dalam arti guru sebagai pengatur arus kegiatan belajar peserta didik. Guru sebagai moderator tidak hanya mengatur arus kegiatan belajar, tetapi juga bersama peserta didik harus menarik kesimpulan atau jawaban masalah sebagai hasil belajar peserta didik, atas dasar semua pendapat yang telah dibahas dan diajukan peserta didik.
d.      Evaluator belajar, dalam arti guru sebagai penilai yang objektif dan komprehensif. Sebagai evaluator, guru berkewajiban mengawasi, memantau proses pembelajaran peserta didik dan hasil belajar yang dicapainya. Guru juga berkewajiban untuk melakukan upaya perbaikan proses belajar peserta didik, menunjukkan kelemahan dan cara memperbaikinya, baik secara individual, kelompok, maupun secara klasikal.[10]

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa posisi dan peran guru dalam proses pembelajaran sangat penting dan mempunyai tanggung jawab yang besar sebagi pemimpin belajar, fasilitator, moderator dan evaluator belajar bagi peserta didiknya.











BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagi pedoman penyelanggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006 : 4). Dengan memandang pendidikan sebagai sebuah system, maka kurikulum merupakan salah satu instrumental input yang diperlukan untuk menggerakkan proses pendidikan. Dengan demikian , apabila esensi suatu kurikulum sebagai instrumental input mengandung unsur kualitas maka kurikulum tersebut akan berkontribusi terhadap pencapaian kualitas output proses pendidikan.
Kurikulum merupakan unsure dari manajemen pendidikan. Dimana kegiatan menyusun dan mengembangkan kurikulum itu tidak lepas dari prinsip-prinsip manajemen pendidikan. Manajemen pendidikan menyediakan landasan bagi pengembangan kurikulum.

Konsep kurikulum berkembang sesuai perkembangan teori dan praktek pendidikan, juga bervariasi menurut aliran yang dianutnya. Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata-mata pelajaran yang harus disampaikan guru dan dipelajari oleh siswa. Anggapan ini sudah ada sejak jaman Yunani Kuno. Ada 3 konsep kurikulum yaitu kurikulum sebagai suatu substansi, kurikulum sebagai system, dan kurikulum sebagai suatu bidang studi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar